JAYAPURA, iNewsJayapura.id - Moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga kerukunan dan toleransi yang ada di dalam masyarakat. Kementerian Agama tengah mendorong penguatan moderasi beragama di Indonesia, termasuk di Papua.
Dalam konteks aqidah dan hubungan antar umat beragama, moderasi beragama adalah meyakini kebenaran agama sendiri “secara radikal” dan menghargai, menghormati penganut agama lain yang meyakini agama mereka, tanpa harus membenarkannya
Moderasi beragama merupakan sebuah solusi di tengah keberagaman agama di Indonesia. Moderasi beragama sangat diperlukan untuk menghindari munculnya “Agama Berwajah Ganda”, dimana satu waktu, agama seringkali menampakkan perdamaian, keselamatan, persatuan, dan persaudaraan, tetapi di lain kesempatan menampakkan wajah yang garang, penyebab konflik, bahkan peperangan antar sesama manusia.
Pembina Masyarakat Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua , I Made Suwena Widiantara mengatakan, dalam ajaran Hindu, ada ajaran saling menghormati, menghargai yang disebut dengan Atman.
"Atman dalam ajaran Hindu adalah Brahman atau Tuhan yang ada dalam diri manusia. Ajaran Hindu meyakini bahwa semua manusia diciptakan sama. Oleh karena itu, menyakiti manusia sama dengan menyakiti Tuhan," ujar Suwena.
Suwena menambahkan bahwa sebagai manusia harus memiliki Artha yang merupakan tujuan hidup. Untuk menopang kehidupan, maka harus memiliki sandang, pangan dan papan.
"Dalam ajaran Hindu juga ada kama atau hawa nafsu. Bagaimana kita mencapai kebutuhan hidup, tetapi yang diperoleh dengan cara halal dan damai," jelas Suwena di Jayapura, Selasa (12/12/2023).
Di tahun politik, Suwena berpesan tetap menjaga kerukunan meskipun berbeda pilihan, dan menjalin hubungan dengan alam semesta dengan cara menjaga kelestarian.
Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Provinsi Papua, Ni Ketut Kabeningsih mengatakan, dalam kaidah hubungan antar umat beragama adalah menghargai penganut agama lain.
"Dalam menjaga kerukunan dan toleransi, belum lama ini Wanita Hindu terlibat dalam kegiatan Gerbang Natal di Kota Jayapura bersama kelompok perempuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa moderasi beragama telah terjalin," kata Ni Ketut dalam kesempatan yang sama.
Dia pun mengatakan bahwa dalam moderasi beragama yang diwujudkan dalam komitmen kebangsaan, Wanita Hindu melakukan pengibaran bendera merah puth pada momen nasional.
Selain itu, melakukan aksi menolak kekerasan dan tidak melanggar hak setiap orang untuk beribadah.
"Mari umat sedharma dimanapun berada sebagai masyarakat yang baik sukseskan Pemilu dengan menerapkan pemilu yang damai, jujur, dan berintegritas," ucap Ni Ketut.
Dia menambahkan bahwa peserta Pemilu harus mampu menolak tindakan tak terpuji yang mencederai demokrasi, penyebaran fitnah, ujaran kebencian, dan politik uang harus ditolak.
"Semua pihak berkontribusi untuk mewujudkan pemilu dan demokrasi yang sehat. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, mengedepankan politik adu ide gagasan, bukan politik adu domba," tegasnya.
Sementara itu, Tokoh Umat Hindu Papua, I Wayan Wira Adiyana menyampaikan, manusia harus sepakat bahwa keberagaman tidak perlu diperdebatkan.
"Perbedaan dan keberagaman harus kita jadikan persatuan sesuai Pancasila sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia," ucap Wira.
Wira mengatakan, moderasi secara umum harus dikedepankan. Menjadi orang yang memiliki pandangan nilai-nilai agama yang sudah moderat perlu dipahami melalui seorang pembimbing.
"Terlebih saat ini zaman digitalisasi, konflik bisa terjadi kapanpun. Tanpa adanya pemahaman yang benar, mereka dengan mudah menerima informasi yang dapat menimbulkan konflik," kata Wira.
Pada kesempatan tersebut, Wira menyampaikan moderasi sangat penting terlebih di tahun politik.
"Kita ajak semua orang untuk lurus cara berpikirnya. Jika menyampaikan pesan-pesan agama, janganlah menjadi Tuhan, tetapi jadilah orang yang taat pada ajaran Tuhan," ujarnya.
Editor : Sari