get app
inews
Aa Text
Read Next : Persit KCK Cabang XXXV Galakkan Program Pemberantasan Buta Aksara di Lokasi TMMD

Paradigma Baru Pertanian, Ada Peran Besar Haji Isam Saat Panen Perdana di Merauke

Jum'at, 23 Mei 2025 | 14:28 WIB
header img
Presiden Prabowo Subianto bersama Andy Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam. Foto: Dok

MERAUKE, iNewsJayapura.id - Panen padi perdana di Distrik Wanam, Merauke, Papua Selatan, pada 16 Mei 2025, mengejutkan banyak pihak. Hasilnya mencapai 2,5–2,8 ton per hektare, meskipun hanya menggunakan metode tanam sederhana tanpa teknologi modern. Keberhasilan ini sekaligus membantah anggapan lama bahwa Papua bukan daerah pertanian potensial.

Pengamat ekonomi dan kebijakan publik UPN Veteran Jakarta (UPNVJ), Freesca Syafitri, menilai program cetak satu juta hektare sawah di Papua Selatan, yang digagas Presiden Prabowo Subianto, membuka lembaran baru bagi ketahanan pangan dan pembangunan nasional yang lebih adil.

Keberhasilan panen ini tak lepas dari peran besar pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andy Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam. Pemilik Jhonlin Group ini tahun lalu memesan 2.000 ekskavator dari China untuk mendukung program cetak sawah tersebut, menunjukkan komitmennya menjadikan Papua Selatan lumbung pangan nasional.

Freesca menambahkan, panen perdana ini mematahkan pesimisme bahwa Papua Selatan bisa menjadi lumbung pangan. Survei tanah dan air membuktikan kawasan Wanam sangat cocok untuk pertanian, dan pemilihan varietas adaptif seperti Inpara dengan metode tanam sederhana mampu menandingi hasil pertanian konvensional.

Lebih dari sekadar keberhasilan teknis, panen di Papua Selatan juga menandai transformasi sosial. Masyarakat yang awalnya berburu kini mulai mengenal pertanian melalui edukasi bertahap. Ini menunjukkan pembangunan sejati tak hanya soal investasi fisik, tapi juga membentuk "agricultural citizenship".

Dalam konteks geopolitik pangan global yang rentan, Freesca melihat proyek di Papua Selatan berpotensi menjadi preseden bagi paradigma baru pembangunan pangan yang regeneratif, baik untuk tanah maupun masyarakatnya. Ini juga menandai reorientasi geopolitik pangan nasional ke wilayah timur Indonesia, mengubah pandangan Papua dari objek pembangunan menjadi subjek kunci ketahanan pangan.

Freesca juga menyoroti bahwa keberhasilan panen tanpa bahan kimia sintetis di Papua Selatan menunjukkan bahwa modernisasi pertanian tidak selalu identik dengan mekanisasi. Justru, konteks lokal dan kearifan ekologis bisa menghasilkan model pertanian berkelanjutan yang lebih tangguh terhadap krisis iklim, membuka peluang bagi pertanian berbasis komunitas dengan low-input.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut