Melihat proses yang ia lalui, Fakhiri mengaku tidak mempersoalkan apa yang menjadi kekurangan keluarga tetapi justru sangat bersyukur, sebab dengan berjalan kaki dirinya bisa menjadi lebih kuat dan termotivasi untuk bagaimana mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak dini dalam upaya meraih masa depan.
“Selain berjalan kaki, kalau di Jayapura itukan terkenal dengan leften (menumpang) kendaraan blakos (belakang kosong). Ini jelas membuat dan mengasah mental kita menjadi lebih baik dan kuat. Kalau saya karena tinggal di Bhayangkara, tempat yang menjadi populer itu di Lumba-Lumba, apalagi di situ ada penjual pisang goreng yang enak,” ujarnya.
Bakat Perlu di Asah, Tidak Boleh Diabaikan
Saat menempuh pendidikan umum di SMAN 2 Jayapura. Mathius Fakhiri yang pendiam ternyata memiliki prestasi dalam dunia olahraga. Semasa sekolah, kegiatan ekstrakurikuler yang ditekuninya adalah atletik cabang lari, yang mana ia cukup sukses memenangkan kejuaraan tingkat sekolah sampai nasional.
Mathius Fakhiri bersama kontingen Papua berhasil membawa Piala Presiden pertama ke Papua.
“Saya waktu sekolah tidak nakal. Seusai sekolah saya sering habiskan waktu di lapangan mandala untuk mengasah bakat olahraga saya bersama pak Hamsah teman saya. Jadi bakat itu harus di asah, jangan ditinggalkan atau diabaikan,” kata Fakhiri.
Menurut ia, setiap orang mempunyai bakat tertentu, tapi tidak semuanya mau menajamkannya. “Tentu sangat disayangkan bila adanya bakat yang dimiliki tidak dikembanhkan, padahal bakat juga penting untuk diasah karena bisa menjadi bekal menghadapi kehidupan nyata, bisa jadi alternatif pekerjaan, munculkan optimisme dan produktifitas serta membiasakan diri terbiasa dalam ketekunan,” sambungnya.
Editor : Damn
Artikel Terkait