JAYAPURA, iNewsJayapura.id - Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan II-2024 berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2024 mencapai Rp80.020,79 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp46.939,70 miliar.
Ekonomi Papua pada triwulan II-2024 dibanding triwulan I-2024 terkontraksi sebesar -2,43 persen, namun jika dilihat tanpa Sektor Pertambangan dan Penggalian, ekonomi tumbuh sebesar 2,30 persen.
“Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pertumbuhan ekonomi Papua masih didominasi oleh Sektor Pertambangan dan Penggalian,” jelas Adriana Carolina Helena selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua saat merilis perkembangan perekonomian Papua via daring, Senin (5/8/2024).
Adriana menyebut, sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi terdalam sebesar -8,03 persen. Selain Sektor Pertambangan dan Penggalian, lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu Sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar -1,19 persen.
Selain dua sektor tersebut, 15 lapangan usaha lainnya mengalami pertumbuhan yang positif. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2024, yaitu Sektor Jasa Perusahaan sebesar 5,37 persen, Sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 3,92 persen; dan Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 3,29 persen.
“Bila dilihat dari penciptaan sumber kontraksi ekonomi Papua pada triwulan II-2024, kontraksi pertumbuhan terdalam bersumber dari Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar -3,68 persen dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar -0,0004 persen,” jelasnya.
Selain sumber konstraksi, terdapat penciptaan sumber pertumbuhan dimana tiga sektor sumber pertumbuhan terbesar, yaitu Sektor Konstruksi sebesar 0,34 persen, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,20 persen, serta Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,17 persen.
Pada periode triwulan II-2024, ekonomi Papua mengalami pertumbuhan sebesar 4,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Pertumbuhan ini, sebut Adriana, jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,49 persen.
“Penyebab utama perlambatan adalah Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang terkontraksi sebesar -13,54 persen akibat dari izin ekspor PT Freeport Indonesia yang berakhir pada Mei 2024,” kata Adriana.
Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 5,44 persen, disusul oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 4,85 persen,
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,44 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 4,03 persen.
“Sementara itu, komponen Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang PDRB mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu sebesar 26,70 persen,” jelas Adriana.
Editor : Sari
Artikel Terkait