Selain kepada rekan kerja, Onice membagikan sambal buatannya itu kepada orang – orang yang melintas di depan salah satu supermarket di Jayapura sembari meminta pendapat setiap orang yang menikmati sambal tersebut.
Setelah sembilan kali melakukan uji coba, Onice memutuskan memproduksi secara massal. Dia pun memastikan bahwa produknya dapat dikonsumsi oleh semua kalangan lantaran telah dilengkapi perizinan dan telah mendapatkan sertifikat Halal kendati beberapa kali berganti kemasan.
Produk dengan merek ‘Sambal Mace Papua’ ini kini telah diproduksi dalam jumlah besar dengan enam varian rasa, yaitu ikan asar cabai hijau, kerang, cumi, gurita, ikan asar dan ayam suwir. Harganya pun terjangkau untuk semua kalangan. Bahan yang digunakan mudah didapatkan di pasar tradisional maupun modern.
Agar bahan baku berupa cabai tetap tersedia, Onice memutuskan membeli lahan. Lahan ini digunakan untuk menanam cabai yang dikerjakan oleh beberapa orang.
“Kami memakai cabai dari hasil tanam sendiri, karena harga sering mengalami kenaikan hingga ratusan ribu rupiah per kilogram, sementara harga jual produk kami murah,” ujar Onice.
Produksi dilakukan setiap akhir pekan dengan jumlah mencapai 500 kaleng dengan harga Rp35 ribu per kemasan. Onice mengaku produknya pernah merambah pasar dunia. Kala itu ia mengikuti pameran produk UMKM.
Namun ia sempat vakum tidak melakukan produksi selama lima bulan usai mengikuti pameran tersebut lantaran ingin lebih memperbaiki kualitas produknya.
Onice turut menggandeng sejumlah reseller untuk memasarkan produk melalui media sosial. Ia memastikan produknya tanpa bahan pengawet dan mampu bertahan hingga enam bulan selama kemasan tidak rusak.
Editor : Damn