JAYAPURA, iNewsJayapura.id - Gereja harus selalu menjadikan Alkitab atau Firman Tuhan sebagai standar utama dalam berpikir dan bersikap. Para tokoh Gereja tidak boleh bersikap untuk urusan umat atau urusan publik, diluar dari perspektif Alkitab atau Firman Tuhan.
Perbuatan tokoh - tokoh Gereja yang dipimpin oleh Uskup Jayapura yang kami hormati dan sayangi, Monsinyur Yanuaris Theofilus Matopai You, yang melakukan jumpa pers di kota Jayapura, menolak calon tunggal dalam pilkada di Papua, adalah satu bentuk praktek politik praktis yang kami nilai, sangat bertentangan dengan Alkitab atau tidak Akitabiah, dan melawan konstitusi negara dan segala aturan turunannya.
Dalam Alkitab, Tuhan Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk berkuasa atas bumi ini dan taklukanlah bumi ini. Tuhan hanya melarang manusia untuk tidak boleh berbuat dosa melanggar perintah dan laranganNya. Dasar Alkitabnya jelas, Tuhan Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk berkuasa di bumi. Dengan kata lain, Tuhan Allah sesungguhnya tidak menolak atau melarang manusia untuk ikut dalam pemilu kepala daerah, dan menjadi calon tunggal peserta pemilu kepala daerah. jadi kalau para tokoh gereja menolak calon tunggal dalam pilkada, dasar firman Tuhannya di Alkitabnya dimana.
Di Alkitab juga, Tuhan Allah hanya menetapkan persyaratan yang harus dipatuhi dan dipenuhi oleh seorang calon pemimpin umat atau bangsa. Contohnya di kitab Keluaran 18 : 21 "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap, tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang."
Para tokoh gereja sebagai penjaga moral bangsa, seharusnya menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk mengingatkan dan menegur orang yang tidak hidup takut Tuhan dan orang yang sukda kepada suap atau korupsi, jangan mencalonkan diri sebagai kepala daerah di Papua. Ini yang harus dilakukan oleh tokoh gereja di Papua. Bukan bermanufer politik menolak calon tunggal. Tokoh Gereja dan institusi gereja jangan terlibat terlalu jauh dalan politik praktis. Terlalu beresiko menyesatkan umat dan menimbulkan perpecahan dalam tubuh Kristus di tanah Papua.
Editor : Darul Mutaqim
Artikel Terkait