Ketua PBB Teluk Bintuni: Kalau Terus Ungkit Luka Lama, Kapan Bangsa Ini Sembuh?
Ia menambahkan, jasa Soeharto terhadap pembangunan nasional tidak bisa dihapus begitu saja hanya karena perbedaan politik masa lalu.
“Pak Harto juga punya jasa yang tak sedikit, dari pembangunan infrastruktur, swasembada pangan, hingga stabilitas nasional yang panjang. Seharusnya, penilaian terhadap tokoh bangsa dilakukan dengan kepala dingin, bukan dengan hati yang masih terluka,” tambahnya.
Menurut Malkin, sikap saling menolak antar-keluarga besar tokoh bangsa hanya akan memperpanjang rantai dendam sosial dan politik.
“Kalau yang tua saja belum mau berdamai, bagaimana generasi muda bisa belajar memaafkan? Padahal Indonesia ini negara damai, bukan tempat menanam dendam,” ujarnya.
Ia juga menyinggung bahwa hampir semua partai politik di Indonesia selalu mengusung nilai persatuan dan perdamaian, termasuk partai yang dipimpin oleh Megawati sendiri.
“Lucu kalau partai-partai beramai-ramai bicara soal rekonsiliasi nasional, tapi di saat yang sama masih terjebak dalam luka pribadi masa lalu. Rakyat kan menilai dari sikap, bukan slogan,” tutup Malkin.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta