JAYAPURA, iNewsJayapura.id - Pada 2023, perekonomian Papua termasuk daerah otonomi baru atau DOB berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp287.902 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp181.926 miliar.
Struktur PDRB Papua menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2023 masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 39,64 persen.
Disusul Konstruksi sebesar 13,44 persen, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 10,08 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 9,32 persen serta Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 8,05 persen.
Ekonomi Papua tumbuh sebesar 5,22 persen dengan tambang. Hal itu disebabkan terjadinya pertumbuhan yang positif pada semua lapangan usaha, meskipun beberapa lapangan usaha melambat jika dibandingkan tahun 2022.
"Pada tahun lalu, tiga lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 12,37 persen, Transportasi dan Pergudangan sebesar 9,78 persen serta Jasa Perusahaan sebesar 6,88 persen," kata Fungsional Ahli Statistik Muda Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Didik Sugeng Utomo.
Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh sebesar 6,51 persen.
Pada 2022, BPS mencatat perekonomian Papua berdasarkan besaran PDRB Produk atas dasar harga berlaku mencapai Rp262,52 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp172,90 triliun.
Ekonomi Papua pada tahun 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 8,97. Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 16,85 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 40,27 persen.
Didik mengatakan, meski mengalami pertumbuhan, ekonomi wilayah Papua pada tahun lalu melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, dia memastikan perlambatan pertumbuhan bukan disebabkan terbentuknya DOB, tetapi berkurangnya produksi tambang. "Tahun 2022 produksi tambang tumbuh 16 persen, tahun 2023 hanya 7,2 persen," jelasnya di Jayapura, Jumat (16/2/2024).
Staf Ahli Madya BPS Provinsi Papua, Priyo Yudyatmoko mengatakan, perekonomian Papua pada 2023 tanpa tambang tumbuh sebesar 4,09 persen, tahun 2022 tumbuh 4,42 persen.
"Yang perlu menjadi perhatian, kita tidak terlalu tergantung pada sumber daya mineral, karena potensi dari lapangan usaha lain masih ada, seperti pariwisata, sehingga tanpa tambang pun masih tumbuh positif," ucapnya.
Editor : Sari
Artikel Terkait