Cerita lain lanjut Nusri, saat bersama Mathius Fakhiri di zona merah operasi, yang mana saat itu diserang oleh kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Kampung Banti 1 Mimika pada 2017.
"Saat itu hanya tersisa makanan kaleng dan mie instan, beliau menyesuaikan dengan situasi yang ada. Saya siapkan makanan yang ada mulai dari pagi sampai malam," katanya.
Momen berkesan lain yang diceritakan Nusri adalah saat evakuasi jenazah yang terkena tembak di Kampung Utikini, Mimika.
"Disitu beliau turun tangan langsung untuk bantu evakuasi dan pada saat evakuasi jenazah kami diberondong dan ditembaki sehingga terjadi baku tembak. Jika beliau mau aman saja pasti tidak ikut dan ambil resiko dilapangan. Jadi beliau berani ya kita harus berani dan beliau disitu ikut balas tembakan," tuturnya.
Begitu juga saat masyarakat disandera di kawasan Tembagapura, Mimika. Beliau ikut jalan kaki untuk menyelamatkan dengan menenteng pelindung diri dan senjata untuk memastikan evakuasi tersebut berjalan aman.
Ia pun berharap ke depan Irjen Fakhiri terus menuai kesuksesan. "Beliau itu sangat sopan, disiplin dan juga berani. Harapan saya terhadap bapak Kapolda itu semoga apa yang direncakan ke depan itu berhasil dan diberkati, selalu sehat, sukses dan selalu menjadi saluran berkat bagi banyak orang," katanya.
Pengalaman menarik juga diceritakan Ajudan pribadi Irjen Fakhiri, Briptu I Ketut Agus Julio. Ia mengaku pertama kali mengenal sosok Kapolda sejak September 2019 saat masih menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua (Wakapolda).
"Sejak 2019 sampai dengan sekarang, saya intens setiap hari bersama dengan bapak, bahkan saat wabah Covid-19 kami tetap bersama beliau," kata pria yang akrab disapa Julio.
Editor : Damn
Artikel Terkait