Menyalakan Asa di Tanah yang Terlupa di Ujung Timur Nusantara

Nathan Making
Dansatgas TMMD 124 Kodim 1710/Mimika, Letkol Inf M. Slamet Wijaya bersama anak-anak Kampung Pigapu. (Foto: Nathan Making)

Tak Hanya Bangunan, Tapi Jiwa

TMMD ke-124 bukan sekadar soal bangunan fisik yang berdiri kokoh, melainkan tentang membangun jiwa dan harapan masyarakat Pigapu. Di sela-sela pembangunan rumah dan jembatan, satgas tak pernah lupa membawa ilmu dan kasih.


Pemberian bantuan jaring kepada warga

Penyuluhan tentang pemanfaatan hasil laut diberikan dengan hangat, mengajarkan warga bagaimana memaksimalkan potensi alam yang melimpah di sekitar mereka. Bantuan jaring ikan pun diserahkan, membuka peluang baru untuk mengisi perut dan menambah penghasilan.

Tak hanya itu, edukasi tentang stunting ancaman diam yang mengintai generasi penerus disampaikan dengan sabar dan penuh perhatian. Bahaya narkoba, lem aibon, dan miras, yang sering merusak kehidupan, menjadi materi penting yang mereka tanamkan agar warga dapat menjaga diri dan keluarganya.

Di ruang kelas sederhana, ayer proyektor menampilkan film-film pembangunan, membuka wawasan anak-anak dan orang dewasa. Suara tawa anak-anak bergema riang saat mereka belajar dengan metode Gasing, sebuah cara baru yang menyenangkan untuk memahami pelajaran, membuat mereka lupa akan kerasnya kehidupan sehari-hari.

Di sini, dalam kehangatan kebersamaan, ilmu dan harapan tumbuh seiring dengan rumah yang berdiri mengukir masa depan yang lebih cerah untuk Pigapu.

Sumur Harapan di Tanah Gambut

Tanah Pigapu adalah tanah yang lembab, dikelilingi rawa dan didekap lautan. Di bawahnya, air melimpah, tapi tak selalu bisa diminum. Air bersih di sini adalah kemewahan yang sering kali hanya datang dalam mimpi. Di musim kemarau, ember-ember kosong berbaris menunggu hujan yang tak pasti. Di musim hujan, genangan justru membawa penyakit.

 


Pemasangan pipa dari sumur bor ke tangki penampungan

Namun, pagi itu, terdengar dentuman lembut dari mesin bor yang menembus tanah. Lima titik dipilih dengan cermat, dan lima sumur mulai menggali bukan hanya air, tapi harapan. Satgas TMMD bekerja dalam diam, peluh mereka menetes bersama debu tanah yang terangkat dari kedalaman bumi. Setiap tetes air yang keluar dari pipa pertama disambut seperti kabar kelahiran baru. Anak-anak menari di sekitarnya, para ibu menatap dengan mata berkaca.


Pembangunan MCK untuk menjaga sanitasi

Di samping sumur, berdiri bak penampungan air dan bangunan MCK umum yang kokoh. Dindingnya dicat bersih, dengan lantai keramik yang tak licin. Bagi orang kota, mungkin ini biasa. Tapi di Pigapu, ini adalah jawaban dari doa yang tak terucap selama bertahun-tahun. Kini, para ibu bisa mencuci tanpa berjalan jauh, anak-anak bisa mandi dengan air yang jernih, dan para lansia tak lagi harus memilih antara kehausan dan air kotor.

TNI Manunggal Air bukan lagi sekadar slogan di spanduk. Ia menjadi nyata di depan mata terasa di telapak tangan yang menciduk air bersih, tercium di aroma sabun yang akhirnya digunakan tanpa rasa bersalah karena harus hemat.

Dan lebih dari itu, sumur-sumur ini menjadi simbol: bahwa di tanah sejauh Pigapu pun, kehidupan bisa tumbuh sejernih mata air asal ada niat, dan ada kasih yang dibawa dalam loreng.

Editor : Darul Muttaqin

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network