Willem Wandik: Kericuhan di Nabire Murni Ulah Oknum Mabuk, Bukan Dampak Pilkada

NABIRE, iNews.id - Kericuhan yang terjadi di kampung kalisusu, Kabupaten Nabire, saat bakar batu dalam rangka syukuran Bupati dan Wakil Bupati Puncak Elvis Tabuni dan Naftali akawal periode 2025-2030, itu murni karena ulah orang mabuk, hanya oknum yang membuat suasana menjadi kacau, tidak ada kaitan dengan pilkada 2024 lalu, sebab Pilkada sudah berjalan aman dan demokratis dan diterimah oleh seluruh Rakyat Kabupaten Puncak.
Demikian hal tersebut disampaikan oleh mantan Bupati Puncak periode 2019-2023, Willem Wandik, Kamis (27/3/2025) melalui telephon selulernya.
“Pertama-tama kami sampaikan selamat Bupati dan Wakil Bupati Puncak yang terpilih, puji tuhan, pilkada aman dan damai, sementara soal kericuhan di nabire saat syukuran Bupati dan Wakil Bupati Puncak, itu tidak ada kaitan karena ada yang tidak senang dengan Pilkada, ini murni karena ulah orang mabuk, sehingga saya harap jangan ada pihak-pihak yang bangun konotasi yang negatif, soal peristiwa tersebut,” katanya.
Willem Wandik mengatakan budaya bakar batu, merupakan Tradisi dan Ritual ini berasal dari suku-suku di wilayah Pegunungan Tengah, Dani Damal, Amungme, Moni, dll, yang ditanamkan dan diletarikan sampai saat ini, saat ada peristiwa penting, karena didalamnya terkandung nilai kebersamaan, gotong royong, keputusan-keputusan penting, artinya bakar batu itu tidak mudah, sangat sakral dan mahal, serta budaya tersebut memiliki histori dengan thelogia perjanjian lama dalam alkitab.
“Hanya di wilayah Gunung kita lihat ada tradisi unik bakar batu, sama seperti saat israel saman abraham, mereka sebelum menyembah Tuhan, mereka perlu membakar batu, dan itu di wilayah Gunung Papua, bakar batu sangat sakral dan dijaga dengan baik,“ jelasnya.
“Sehingga peristiwa kemarin di kalisusu, saya lihat merupakan peristiwa kebersamaan, gotong royong, semua warga Puncak senang dengan pemimpin baru, namun ada oknum, ulah orang mabuk dan ingat bahwa budaya orang mabuk bukan budaya orang gunung,” ungkapnya.
Willem Wandik mengatakan peristiwa kericuhan di Kalisusu Nabire, bukan karena ada yang tidak senang dengan pemimpin, sebab Pilkada 2024 lalu sudah selesai, dan masyarakat Puncak semua sudah menerima pemimpin barunya Elvis Tabuni dan Naftali akawal, dan perlu dicatat juga bahwa Pilkada 2024 merupakan moment sejarah dalam perjalanan sejarah demokrasi di Kabupaten Puncak karena kali ini pelaksanaan Pilkada sudah berjalan dengan aman dan damai, membuktikan bahwa masyarakat Kabupaten Puncak sudah mulai bertumbuh dewasa dalam demokrasi, misalnya ada yang tidak terima dengan hasil KPU, bisa menggunakan jalur hukum ke MK, tidak menggunakan cara-cara kekerasan.
“Untuk Pilkada sudah selesai, semua sudah jalan dengan damai,masyarakat sudah sangat mengerti dengan demokrasi, kondisi ini tetap di jaga ke depan,generasi yang akan datang, perlu menjaga ini,” ajaknya.
Sebagai tokoh pemekaran dan intelektual Kabupaten Puncak, Willem Wandik juga mengajak seluruh komponen masyarakat Kabupaten Puncak, agar bersatu padu, mendukung Bupati dan Wakil Bupati terpilih Elvis Tabuni dan Naftali akawal selama lima tahun ke depan, dengan cara ikut menjaga keamanan di Kabupaten Puncak, sehingga Kabupaten Puncak tetap aman dan pembangunan bisa berjalan dengan baik, demi kesejahteraan masyarakat.
“Membangun Kabupaten Puncak, Intan Jaya, tidak mudah seperti di daerah lain, karena semua mobilisasi barang menggunakan transportasi udara, kecuali jika sudah ada jalan darat, belum lagi dengan persoalan keamanan, sehingga saran saya semua perlu mendukung orang tua ini, jika ada persoalan datang dan komunikasi, jangan menggunakan cara-cara kekerasan,” tuturnya.
“Kabupaten Puncak ini honay kita bersama, yang perlu kita semua jaga dengan baik, sehingga program, visi dan misi dari kedua pemimpin ini bisa berjalan aman dan lancar, demi mengejar ketertinggalan daerah saat ini,” tutup Willem Wandik.
Editor : Darul Muttaqin