Meskipun ia anak kelima dari delapan bersaudara dan berasal dari keluarga yang tidak mampu, ia bekerja sebagai tukang sampah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
Sebagai anak laki-laki di keluarganya, ia juga menjadi tulang punggung setelah ayahnya meninggal dunia saat ia sedang sibuk menjalani proses seleksi masuk bintara Polri. Sementara ibunya, bekerja sebagai penjual es campur di pasar.
Ulfandi mengakui bahwa selama mengikuti seleksi penerimaan bintara Polri, ia tidak pernah mengeluarkan biaya sepeser pun. Ia melakukan persiapan yang sangat panjang, dengan bimbingan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
"Dengan rasa syukur yang besar, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kapolri, Kapolda Papua, dan seluruh jajaran, karena memberikan kesempatan kepada saya untuk mewujudkan impian menjadi anggota Polri," tutup Ulfandi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait